Akademisi
Prof. Dr. Ir. Zuhal, M.Sc.E.E. dilahirkan di Cirebon pada tanggal 5 Mei 1941. Pada tahun 1960 mulai kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), dan pada pertengahan studinya mendapat kesempatan belajar di Tokyo Denki Daigaku, Jepang, dan meraih gelar insinyur dalam bidang teknik elektro tahun 1966. Bermodalkan ijazah tersebut selanjutnya diangkat sebagai tenaga pengajar dengan pangkat Asisten Ahli di ITB tahun 1967. Kemudian diberi kesempatan melanjutkan pendidikan di University of Southern California, Los Angeles, dan berhasil mendapat gelar M.Sc.E.E. tahun 1970 dengan predikat cumlaude. Pada tahun 1978 ia pindah tugas ke Universitas Indonesia (UI) yang dijalaninya hingga saat ini. Ia menyelesaikan pendidikan akademisnya dengan disertasi doktor dalam bidang teknik elektro yang dibuat di UI dan University of Tokyo Jepang (sandwich system) yang berhasil dipertahankannya dengan predikat cumlaude pada tahun 1985. Dalam kaitan itu ia mengembangkan ZOPPLAN (Zuhal Optimum Planning), suatu software untuk optimasi sistem pembangkit tenaga listrik yang dioperasikan pada komputer mainframe(1985) dan kemudian pada komputer pribadi(1988). Software ini antara lain dipergunakan oleh World Bank untuk Energy Pricing Policy Study (EPPS). Pada tahun 1995 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang teknik elektro pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Bisnis/Corporate
Berdasarkan latar belakang kepakarannya itu ia diangkat sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (1992-1995),kemudian dipercaya untuk mengemban tugas sebagai Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi pada Departemen Pertambangan dan Energi, ia diangkat Pemerintah menjadi Dirut PLN pada 1 Mei 1992 ketika Indonesia berada dalam situasi kekurangan tenaga listrik sekitar 4000 MWA. Menurut Departemen Perindustrian ada sekitar 2000 industri masuk dalam waiting list.
Keadaan kelistrikan di Pulau Jawa sedang mengalami krisis yang cukup parah sehingga sering terjadi pemadaman listrik. Ini tentu sangat mengganggu semua kalangan masyarakat karena listrik sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan manusia. Tugas beliau selaku Dirut PLN adalah secepat mungkin mengatasi krisis listrik secara profesional.
Tapi Pemerintah kekurangan dana dari Bank Dunia dan Bank Asia untuk membiayai pengadaan listrik. Untuk mengatasi masalah ini Pemerintah mengeluarkan Keppres no. 37 tahun 1992 tanggal 9 Juli 1992 untuk melibatkan pihak swasta dalam pengadaan listrik atau BOO(Build Own Operate). Keadaan ini kurang disukai PLN yang selama ini memegang monopoli listrik.
Government
Sejak dibentuknya Kabinet Reformasi Pembangunan ia ditunjuk menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Secara ex officioia juga menjabat Ketua Dewan Riset Nasional, dan Ketua Harian Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia.
Selaku Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BPPT beliau tetap menjaga eksistensi maupun peran riset dan teknologi dalam keadaan krisis ekonomi di negara kita. Padahal Kementrian ini, ketika dipimpin Bapak Habibie, terkenal sebagai Kementrian yang bergengsi dan sarat dengan prestasi-prestasi monumental. Karya-karya Bapak Habibie sebagai Menristek antara lain membuat pesawat terbang, industri strategis, teknologi canggih, dan sebagainya.
Beliau lalu membuat terobosan dengan gagasannya memperkenalkan “Teknologi Merakyat”, antara lain dengan memperkenalkan biotek untuk pertanian, perikanan dan obat-obatan dalam negeri, penerapan remote sensing untuk para nelayan dan kegiatan-kegiatan kelautan, memperkenalkan e-commerce bagi para pengrajin di Sidoarjo dan Jepara. Ia terutama lebih banyak mengembangkan bioteknologi, suatu teknologi yang dibutuhkan rakyat kecil untuk mengembangkan budi daya tanaman mereka. Pada saat itu peningkatan produksi pangan menjadi hal yang sangat penting karena banyak rakyat kecil tak dapat memenuhi kebutuhan sembako(sembilan bahan pokok).
Beliau merencanakan untuk menerjunkan ratusan peneliti BPPT ke seluruh Indonesia. Mereka diharapkan dapat membantu para petani dengan memberi teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dengan mudah oleh para petani yang memiliki berbagai keterbatasan. Para penelitiyang diterjunkan ke desa-desa diharapkan mendampingi para petani dalam penerapan teknologi tepat guna. Selain itu para peneliti juga akan membagikan bibit-bibit unggul yang merupakan hasil penelitian bioteknologi yang telah dilakukan BPPT dan lembaga-lembaga penelitian lainnya. Kepada setiap Pemda tingkat I di seluruh tanah air, beliau ingin BPPT bisa membagikan Compact Disc Read Only Memory(CDROM)yang berisi potensi lahan dan sumber daya alam setiap kabupaten, yang merupakan hasil pemetaan potensi sumber daya alam melaluli satelit yang dilakukan Deputi Pengolahan Kekayaan Alam BPPT.
BPPT dan Dewan Riset Nasional(DRN), juga direvitalisasi antara lain dengan gagasannya membentuk Dewan Riset Daerah(DRD) untuk menghadapi otonomi daerah. Ia juga melahirkan paket-paket Kredit Teknologi Tepat Guna untuk usaha kecil dan menengah. Dalam periode menjadi Menteri Ristek yang sangat singkat (Mei 1998 sampai November 1999) selaku Ketua Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu(KAPET) ia sempat mewujudkan tiga belas Kapet di kawasan Timur Indonesia. Pada waktu itu ia menjadi Ketua Harian Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia. Kawasan Timur adalah daerah yang belum dikembangkan secara maksimal sehingga penduduknya belum bisa menikmati kekayaan daerahnya.
Masyarakat
Dalam upaya pengabdian sosial kemasyarakatan, ia turut berpartisipasi dalam kegiatan antara lain :